Rabu, 02 Juli 2014

Gerabah Klipoh

Mbah Juminah (80), perempuan perajin Dusun Klipoh, Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang mengerjakan produk gerabah di rumahnya, Sabtu (7/6).

Dusun Klipoh merupakan dusun yang kebanyakan warganya bekerja sebagai pembuat gerabah secara tradisional. Dusun ini terletak sekitar 4 kilometer dari kawasan selatan Candi Borobudur. Berbagai produk gerabah yang mereka buat antara lain kendil, cobek, leweh, blengker, kuali, anglo, cuwo, dan wojo dengan harga bervariasi antara Rp2.000 hingga Rp5000 per barang. Gerabah-gerabah dari Klipoh biasanya dijual ke pasar tradisional dan warung-warung di beberapa wilayah di Kabupaten Magelang.
Proses pembentukan tanah liat dengan memutar "prebot" sebelum proses penjemuran.

Sepasang suami istri yang sehari-harinya bekerja membuat gerabah.
Bahan baku yang mereka gunakan untuk membuat gerabah adalah tanah liat. Kerajinan gerabah Klipoh telah dikerjakan masyarakat setempat secara turun temurun, bahkan tradisi membuat gerabah di dusun ini dapat ditemukan pada relief Candi Borobudur. Sedangkan saat ini produksinya tak hanya alat-alat rumah tangga, melainkan berbagai properti dan cendera mata untuk wisatawan.

Seorang wanita paruh baya menjemur gerabah sebelum proses pembakaran. Tradisi membuat gerabah di Dusun Klipoh, Borobudur, Magelang ini dapat ditemukan pada relief Candi Borobudur.
Gerabah yang sedang dijemur.
Para pekerja bekerja sama menumpuk gerabah yang akan dibakar di atas tumpukan jerami.

Pekerja tengah membakar gerabah di atas tumpukan jerami. 

Pekerja tengah membakar gerabah di atas tumpukan jerami. 

Pekerja mengambil gerabah yang sudah selesai dibakar.

Seorang pekerja pembuat gerabah tengah beristirahat di atas tumpukan jerami seusai membakar gerabah.

Pekerja meninggalkan tempat pembakaran gerabah yang baru selesai digunakan, Sabtu (7/6). Gerabah yang telah selesai dibakar akan diambil pada keesokan harinya untuk memaksimalkan kualitas.


Jumat, 16 Mei 2014

WAISAK 2014

Seribu Lampion

Tradisi pelepasan ribuan lampion kembali dilakukan di Candi Borobudur, Kamis (15/5) dini hari. Pelepasan lampion dilakukan seusai detik-detik Waisak 2558BE/2014 di pelataran sisi barat candi peninggalan dinasti Syaiendra itu. Waisak sendiri dirayakan sekali setiap tahunnya, yaitu setiap bulan purnama di bulan Mei atau Purnama Sidhi. Meskipun udara dingin menyeruak, namun para pengunjung tetap antusias menerbangkan lampion. Perpaduan antara lampion dan sinar purnama, membuat langit dini hari itu nampak indah, semarak dengan warna kuning kemerah-merahan.


Candi Agung Borobudur

Menyalakan Lilin Waisak

Selain umat Buddha, pengunjung yang ikut memeriahkan acara Waisak juga dapat menerbangkan lampion dengan membelinya dari panitia seharga Rp. 100.000. Penerbangan lampion-lampion tersebut dilakukan seusai umat Buddha memanjatkan parita(doa) di depan altar. Lalu para biksu dan biksuni melakukan pradaksina, yaitu ritual mengelilingi Borobudur sebanyak tiga kali searah jarum jam. Mereka mengarak relik Buddha yang dibawa seorang biksu. Pelepasan seribu lampion di udara ini dilakukan sebaga penutup perayaan Tri Suci Waisak. Ada doa-doa yang diucapkan seiring lampion tersebut diterbangkan. Sebagian orang bahkan menuliskan doa-doa tersebut pada kertas lampion.

Selamat Waisak
Pradaksina
Smiles
Lampion Waisak
Lampion Waisak
Lampion Waisak
Lampion Waisak
Lampion Waisak
Light of Hopes
Seribu Lampion

Selamat Hari Tri Suci Waisak, semoga semua makhluk berbahagia.

Rabu, 05 Maret 2014

JOGJA AIR SHOW 2014


Jogja Air Show adalah sebuah pertunjukan olah raga kedirgantaraan yang digawangi oleh Federasi Aerosport Indonesia (FASI) DIY. Tahun ini adalah yg ke-9 sejak pertama kali acara ini digelar pada tahun 2006. Jogja Air Show digelar pd 28/2 - 2/3 2014 di Pantai Depok, ParangTritis, dan ParangKusumo Yogyakarta. Sedangkan tema yang digunakan pada perhelatan kali ini adalah "Pelangi Nusantara". Sementara itu, beberapa cabang yg akan berlaga di Jogja Air Show adalah aerotowing gantole, paralayang, terjun payung, aeromodeling & lomba foto dirgantara.




Delegasi nasional yg akan hadir di acara ini diantaranya berasal dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa & Bali. Sedangkan delegasi dari luar negeri yg akan hadir diantaranya berasal dari Malaysia, Filipina, Thailand, komunitas WNA di Bali & Korea Selatan. Rencananya, Jogja Air Show akan dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan HB X & MENPORA. Selain OlahRaga Kedirgantaraan, Jogja Air Show juga berfungsi sebagai media promosi wisata DIY, khususnya untuk kabupaten Bantul & Gunungkidul.























Jumat, 07 Februari 2014

SAMPAH VISUAL

Sebuah iklan dipasang pada pohon di pertigaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (22/01/2014). Pemasangan iklan di pohon merupakan pelanggaran terhadap perda no. 8 tahun 1998 tentang izin penyelenggaraan reklame.

         Iklan dalam bentuk media luar ruang memang cukup diminati oleh para produsen suatu produk maupun para penjual jasa. Mereka menggunakan reklame, baliho, poster, pamflet, sticker, dan semacamnya untuk memberitahu kepada khalayak tentang produk/jasa/diri mereka. Sayangnya, banyak dari iklan-iklan tersebut ditempatkan sembarangan tanpa mengindahkan dimensi estetika dan tanpa mengikuti aturan yang berlaku. Hal tersebut justru akan menimbulkan problematika baru yang dikenal dengan istilah sampah visual.


Seuah papan iklan disewakan di kawasan Tugu Yogyakarta (01/02/2014). Pemasangan iklan luar ruang harusnya lebih mengindahkan dimensi estetika agar tidak mengganggu masyarakat.

Jika di lihat kembali ke fungsinya, media luar ruang tersebut semestinya harus menarik, komunikatif, dan enak di pandang mata baik dari segi desain atau dari segi penempatannya. Di pohon-pohon, di jalan-jalan, di tiang listrik bahkan di papan rambu-rambu lalu lintas dan trotoar pun tak luput dari ekspansi iklan produk dan alat peraga kampanye partai politik. Padahal menurut Perda No.8 tahun 1998, tempat-tempat tersebut bukanlah tempat yang diperbolehkan untuk beriklan. Keadaan seperti ini tentunya mengurangi keindahan kota dan lambat laun akan berimbas juga pada sektor pariwisata. Apalagi untuk kota Yogyakarta yang terkenal dengan label “Istimewa”, kesemrawutan ini dapat menciderai keistimewaannya.


Beberapa pekerja tengah bersiap memasang reklame di Jalan Solo, Yogyakarta (30/01/2014)