Rabu, 05 Maret 2014

JOGJA AIR SHOW 2014


Jogja Air Show adalah sebuah pertunjukan olah raga kedirgantaraan yang digawangi oleh Federasi Aerosport Indonesia (FASI) DIY. Tahun ini adalah yg ke-9 sejak pertama kali acara ini digelar pada tahun 2006. Jogja Air Show digelar pd 28/2 - 2/3 2014 di Pantai Depok, ParangTritis, dan ParangKusumo Yogyakarta. Sedangkan tema yang digunakan pada perhelatan kali ini adalah "Pelangi Nusantara". Sementara itu, beberapa cabang yg akan berlaga di Jogja Air Show adalah aerotowing gantole, paralayang, terjun payung, aeromodeling & lomba foto dirgantara.




Delegasi nasional yg akan hadir di acara ini diantaranya berasal dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa & Bali. Sedangkan delegasi dari luar negeri yg akan hadir diantaranya berasal dari Malaysia, Filipina, Thailand, komunitas WNA di Bali & Korea Selatan. Rencananya, Jogja Air Show akan dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan HB X & MENPORA. Selain OlahRaga Kedirgantaraan, Jogja Air Show juga berfungsi sebagai media promosi wisata DIY, khususnya untuk kabupaten Bantul & Gunungkidul.























Jumat, 07 Februari 2014

SAMPAH VISUAL

Sebuah iklan dipasang pada pohon di pertigaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (22/01/2014). Pemasangan iklan di pohon merupakan pelanggaran terhadap perda no. 8 tahun 1998 tentang izin penyelenggaraan reklame.

         Iklan dalam bentuk media luar ruang memang cukup diminati oleh para produsen suatu produk maupun para penjual jasa. Mereka menggunakan reklame, baliho, poster, pamflet, sticker, dan semacamnya untuk memberitahu kepada khalayak tentang produk/jasa/diri mereka. Sayangnya, banyak dari iklan-iklan tersebut ditempatkan sembarangan tanpa mengindahkan dimensi estetika dan tanpa mengikuti aturan yang berlaku. Hal tersebut justru akan menimbulkan problematika baru yang dikenal dengan istilah sampah visual.


Seuah papan iklan disewakan di kawasan Tugu Yogyakarta (01/02/2014). Pemasangan iklan luar ruang harusnya lebih mengindahkan dimensi estetika agar tidak mengganggu masyarakat.

Jika di lihat kembali ke fungsinya, media luar ruang tersebut semestinya harus menarik, komunikatif, dan enak di pandang mata baik dari segi desain atau dari segi penempatannya. Di pohon-pohon, di jalan-jalan, di tiang listrik bahkan di papan rambu-rambu lalu lintas dan trotoar pun tak luput dari ekspansi iklan produk dan alat peraga kampanye partai politik. Padahal menurut Perda No.8 tahun 1998, tempat-tempat tersebut bukanlah tempat yang diperbolehkan untuk beriklan. Keadaan seperti ini tentunya mengurangi keindahan kota dan lambat laun akan berimbas juga pada sektor pariwisata. Apalagi untuk kota Yogyakarta yang terkenal dengan label “Istimewa”, kesemrawutan ini dapat menciderai keistimewaannya.


Beberapa pekerja tengah bersiap memasang reklame di Jalan Solo, Yogyakarta (30/01/2014)












Rabu, 01 Januari 2014

Tahun Baru 2014




Sebelumnya saya hampir tidak ada niatan sama sekali untuk motret kembang api pada perayaan tahun baru kali ini. Awalnya saya lebih memilih untuk ikut bakar-bakar bersama teman-teman saja. Karena pengalaman dari tahun lalu, jalanan Yogyakarta macet di mana-mana saat menjelang akhir tahun. Bahkan, jalan kaki saja macet. Hal itu membuat saya enggan untuk pergi ke jalanan.

Dari Bawah Kali Code
Lalu sore tanggal 31 saya pikir-pikir lagi perihal "nanti malam mau apa mau kemana". Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya putuskan untuk memotret saja. Karena apa? karena pesta kembang api seperti ini hanya dilakukan sekali dalam setahun, sedangkan bakar-bakaran bisa dilakukan kapan saja. Hehe

Setelah itu saya riset kecil-kecilan mengenai lokasi yang bagus untuk memotret kembang api dengan bertanya pada teman dan searching lewat internet. Akhirnya pilihan saya jatuh pada lokasi di atas jembatan rel, Jalan Abu Bakar Ali, Yogyakarta. Saya memilih tempat itu karena selain bebas dari kemacetan juga karena lokasinya cukup tinggi, jadi bisa milih mau motret kembang api dari arah mana saja, hehe. So, thats all, hope you could enjoy this and leave comment please. :D

Dari Tugu Jogja

Lampu Jalanan

Centre

Our Night



Bersama kawan-kawan

Note : You have to be very careful here, because the train go through this railway without caring you are there or not.

Minggu, 22 Desember 2013

Upacara Saparan Bekakak

Proses Penyembelihan Pengantin

Memang tidak ada yang salah jika Yogyakarta di juluki sebagai kota yang kaya akan budaya di Indonesia. Yogyakarta yang memang di pimpin oleh seorang raja yakni Sri Sultan Hamengkubuwono yang begitu di hormati dan di segani  oleh semua masyarakat Yogyakarta. Yogyakarta yang kental akan budaya nya mempunyai banyak cerita rakyat yang menarik untuk di ulas, diantaranya Tradisi penyembelihan Manusia di Gunung Ambarketawang, Gamping Kab. Sleman Yogyakarta. Namun, manusia disini adalah sesosok pasangan yang berwujud boneka seorang Abdi Dalem  keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam posisi duduk bersila. Menurut cerita seorang warga konon upacara ini bermula dari sebuah kecelakaan yang menimpa dua orang Abdi Dalem (pegawai keraton) di Gunung Gamping dan Gunung Kiling dan jasad nya bak ditelan bumi.

Abdi Dalem Keraton

Pelaksanaan upacara adat yang di laksanakan pada hari Jum’at, 20 Desember 2013 ini di penuhi oleh berbagai lapisan masyarakat Yogyakarta yang berbondong-bondong untuk menyaksikan proses upacara yang digelar setiap satu tahun sekali pelaksanaannya. Pelaksanaan upacara adat ini pun terbagi menjadi beberapa tahap diantaranya: Midodareni pengantin bekakak, kirab bekakak, penyembelihan pengantin, dan sugengan ageng. Yang seru dari proses ini yaitu arak-arakan pengantin bekakak dari Gunung Gamping menuju Gunung Kiling. Sebelum prosesi arak-arakan dimulai digelar pementasan fragmen Prasetyaning Sang Abdi Dalem yang menceritakan kisah Ki Wirosuto, yang tewas tertimbun batu kapur di Gunung Kiling pada bulan sapar.

Gunungan

Proses penyembelihan selesai, dilanjutkan dengan penyebaran gunungan kepada seluruh warga yang hadir. Warga sekitar pun masih mempercayai tradisi ngalap berkah dari isi gunungan dan akan saling berebut untuk mendapatkannya. Hujan pun seolah tak menyurutkan para warga untuk mengikuti proses upacara ini sampai selesai. Satu lagi yang unik saya jumpai dalam proses upacara adat ini, yakni sekelompok anak yang berperan sebagai anak genderuwo. Anak-anak yang jumlahnya sekitar 50-an ini didampingi oleh sepasang genderuwo serta banaspati yang mengawal pengantin bekakak. Anak-anak genderuwo menggambarkan lelembut dan setan yang sedang bahagia karena akan mendapatkan korban berupa sepasang pengantin dari Keraton Yogyakarta.

Genderuwo

Selain untuk melestarikan tradisi dan budaya, kegiatan ini diharapkan mampu menjadi magnet bagi wisatawan, karena ini merupakan tradisi yang digelar setiap satu tahun sekali. Kita sebagai warga Negara Indonesia yang begitu kaya akan budaya harus ikut berperan dalam pelestarian budaya serta tak melupakannya. Semoga budaya yang kita miliki tidak luntur dimakan jaman dan di akusisi oleh Negara-negara lain. Bagimana pun budaya adalah peninggalan nenek moyang yang harus tetap dijaga agar anak cucu kita bisa menikmati di masa mendatang.

Antusiasme
Hiasan Kaki
Ogoh-ogoh


Iring-iringan Kirab
Iring-iringan Kirab 2
Satu Komando
Prajurit Keraton
Pengantin Pria
Antusiasme Warga







Good Morning
The Last Sunset
A Blue Supermoon